Surat Cinta Untuk Ku

Senin yang indah kala mentari baru saja muncul dari paraduannya dengan perlahan menyinari langkah ku. Tiiiin, Suara klakson mobil angkot terdengar ditelinga, beberapa detik kemudian sebuah mobil angkot pun menghampiri ku, sekolah dek ? tanya sopir mobil angkot tersebut, iya pak jawab ku.

Deru aluna suara musik terdengar begitu indah di dalam mobil angkot pagi itu, dan tak terasa sudah lima menit aku berada di dalam mobil angkot itu. Greng...greng...greng deru suara mobil angkot itu yang bertanda sudah sampai di depan sekolah ku. Perlahan kaki ku melangkah keluar dari mobil angkot itu dan menuju ke ruangan kelas tempat biasa aku menuntut ilmu untuk memenuhi asa ku dalam menggapai cita-cita ku. Tetttt, suara bel sekolah berbunyi, tanda bahwa pelajaran belajar mengajar akan segera di mulai. Sepeti biasanya aku mengikuti semua rangkaian pelajaran dengan seksama. Pelajaran pertama telah selesai, yang kemudian di lanjutkan dengan pelajaran kedua dan aku pun masih mengikuti pelajaran dengan seksama, walupun dalam hati sambil bergumam "kok tidak istirah-istirahat sih" maklum kepala saya sudah agak pusing belajar melulu ! Tettt...tettt, akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga "istirahat maksudnya" seperti biasa aku langsung bergegas keluar kelas langsung menuju katin sekolah yang berada di belakang laboratorium komputer tentu bersama temana-teman terbaik ku di kelas itu.

Model bu "bukan model seperti yang di tv", model yang saya maksud adalah model makanan, model salah satu makanan khas yang ada di pelembang khususnya kota ku tercinta Kayuagung. Rasanya yang khas membuat saya begitu jatuh cinta kepadanya, sambil mengikmati semangkok model aku dan teman-teman ku asyik bercanda dan bercerita kesana kemari. Tidak terasa semangkuk model telah habis, pertanda kita harus lekas masuk kelas walaupun bel masuk belum berbunyi, namun sebelum masuk ke kelas kami mampir terlebih dahulu ke kopersai siswa, biasa mau beli permen karena ini sudah menjadi rutinitas kami setiap hari selama masuk sekolah. Pelajaran terakhir siang itu menurutku begitu membosankan, sehingga otak ku pun ikut berkata ayo cepet selesai aku mau istirahat, aku mau merebahkan badan ku di atas kasur. Akhirnya pelajaran terakhir pun usai juga, dan tak begitu lama aku pun telah sampai di kost ku. Sebelum ku buka pintu kamar ku, tiba-tiba seorang bocah laki-laki menghampiri ku dengan membawa sepucuk surat. Kak, panggil bocah itu, ya jawab ku, ini ada surat untuk kakak. Surat dari siapa ? tanya ku, buka aja di dalamnya ada namanya, anak itu menjawab dan tanpa memberi tahu saya siapa yang mengirim surat itu. Kemudian aku buka kunci pintu kost ku dan masuk, di dalam kost dan sambil merebahkan tubuh ku di atas kasut aku baca surat itu dari awal sampai akhir. Ooo, pantas saja bocah laki-laki itu tidak mau mengasih tau nama pengirim surat itu, yang mengirimi saya surat cinta itu adalah kakak perempuannya yang kebetulan satu sekolahan dengan aku, tapi beda angkatan. Aku berpikir dan merenung sejenak, balas tidak ya ? lalu aku putuskan untuk membalasnya. Kebetulan aku sudah sering melihat beberapa surat cinta yang di berikan kakak ku ke aku dari beberapa pria yang pernah mengirim surat cinta ke dia (kakak ku) tentunya yang sudah dia baca terlebih dahulu katanya ni buat referensi kamu kalo mau nulis surat cinta untuk seseorang. 

Tanpa lama akhirnya aku menyelesaikan balasan surat cinta itu, dan ke esokan harinya aku kirimkan surat cinta itu kepadanya. Sejak saat itu kami saling membalas surat cinta kami, namun yang saya tidak mengerti mengapa ya ko banyak cewek yang mengirim surat cinta ke aku dulu "bukannya sombong karena memang kenyataannya begitu" ! padahal tampang tidak begitu ganteng-ganteng amat, tapi ya lumayan lah kere lagi ! itulah namanya anugrah, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan diberikan sang pencipta kepada kita karena semua itu rahasia-Nya. Kalo boleh jujur sih, aku lebih suka zaman dulu contohnya ketika kita menyukai seseorang kita berpikir keras bagaimana bisa membuat sebuah surat cinta yang bisa menarik hatinya, karena dengan demikian tanpa disadari kita telah belajar menulis walaupun hanya sekedar surat cinta.