Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

b

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Camping Dengan Temen-Temen Kost


Sabtu sore dengan udara yang begitu sejuk dan perlahan mentari mulai sedikit demi sedikit hilang di balik mega merah yang semakin jingga aku dan temen-temen kost ku telah berada di tempat dimana kami akan berkemah/camping.


Setiba di lokasi kami langsung menata perlengkapan yang telah kami bawa, karena sudah masuk waktu ashar kami putuskan untuk sholat berjama'ah terlebih dahulu. Walaupun kelihatannya kami anak-anak nakal "nakal yang positif" tapi kami tetap ingat dengan kewajiban yang harus kami laksanakan. 

Setelah selesai sholat ashar berjama'ah kami duduk-duduk sambil menunggu matahari terbenam atau bahasa gaulnya sunset yang sering di pakai anak-anak muda zaman sekarang. Pemandangan alam yang di tawarkan sore itu begitu eksotis dan mempesona sekali. Sore itu memang begitu istimewa sekali, selain kami bisa melihat indahnya matahari saat terbenam, kami juga dapat melihat tarian ombak yang begitu gemulai serta tak luput dari hamparan rumput serta pepohonan nan hijau dikiri dan kanan kami yang seolah-olah sedang menari-nari saat tertepa oleh hembusan angin sepoi-sepoi, tidak hanya itu saja lumut-lumut dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di dinding-dinding tebing yang seakan bak karya seni grafiti yang menjadikan pemandangan di dinding-dinding tebing itu menjadi lebih mempesona. 

Padahal itu semua hanyalah proses alami dari alam, itulah keindahan alam yang telah di berikan sang pencipta untuk kita. Akhirnya malam pun tiba dan kita pun harus memasak bahan makanan yang telah kita bawa dari kost untuk santap malam bersama bulan dan bintang, dengan peralatan seadanya kita memasak bahan-bahan yang kita bawa tadi, maklum karena kami malas membawa peralatan-peralatan untuk memasak karena sangat sulit untuk membawanya. 

Toh pada akhirnya masakannya matang juga sekuali nasi dan dua ekor ayam bakar siap untuk di santap bersama-sama malam itu, dengan beratapkan langit (karena tidak membawa tenda) kami makan bersama-sama dengan lahap di tambah segelas kopi sudah lebih dari cukup buat kami. Semilir angin malam perlahan menusuk badan kami, maklum saja karena kita tidak membawa tenda jadi wajar saja kalau kami merasa kedinginan, untung ada api unggun kecil sebagai sahabat untuk menghangatkan badan kami di tengah terpaan angin laut dan angin pegunungan yang begitu dingin sekali malam itu. 

Perut kenyang dan mata pun mulai tidak mau di ajak kompromi untuk tetap terjaga walaupun sudah minum kopi, mungkin karena terlalu lelah sehingga kami tidak bisa menahan rasa kantuk yang semakin mendera dan akhirnya satu persatu dari kita mulai tertidur lelap seakan bermimpi indah. Dinginnya malam itu tak mampu menggoyahkan tidur lelap kami yang hanya beratapkan langit.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar